Kepada November yang penuh warna, Terima kasih telah menjadi panggung bagi segala drama rasa. Kau datang dengan hujan, membawa kerinduan yang memelukku erat, lalu pergi menyisakan jejak luka yang perlahan ingin kusulam menjadi pelajaran. Ada seorang bintang yang sempat bersinar terang di langitku, tetapi tiba-tiba menghilang, meninggalkan malam yang gelap dan sunyi. Namun, November, aku tidak ingin membencimu. Kau telah menjadi cermin yang memantulkan diriku apa adanya—rapuh, tapi tidak hancur; terjatuh, tapi tidak tinggal di bawah. Kau mengajarkanku bahwa perpisahan adalah bagian dari perjalanan, dan setiap rasa hampa adalah ruang untuk kutemukan kembali diriku. Kini, dengan detik-detik yang menggiringmu menuju akhir, aku berjanji pada diriku sendiri untuk menyambut Desember dengan senyum. Aku ingin menjadi wanita yang kuat seperti pohon di musim gugur, yang rela melepas daunnya untuk menyambut tunas baru. Aku ingin berdiri tegak, berjalan tanpa ragu, mengukir kembali mimpi-mimpi yang...