Cadel pada Anak

Sering dijumpai pada anak-anak bahwa mereka belum bisa mengucapkan huruf dengan benar namun ada beberapa anak yang memiliki kesulitan dalam mengucapkan huruf atau kata. Huruf yang biasanya susah diucapkan adalah "r" (saya pun mengalaminya sewaktu saya kecil), "s", "t", dan "l". Mengalami cadel membawa dampak negatif, yaitu anak menjadi bahan cemooh atau candaan teman karena tidak dapat mengucapkan huruf dengan benar yang terkadang hal tersebut menjadi tekanan psikologis bagi anak. 
Menurut ingatan saya, saya masih ingat kalau saya cedal sewaktu kecil dan tidak bisa mengucapkan huruf "r" dan melafalkannya sebagai huruf "t". Saya tahu dan paham apa yang saya ucapkan salah, meski saya mencoba untuk membenarkan ucapan saya, namun entah bagaimana saya tidak dapat mengucapkannya. 
Saya memiliki dua orang adik. Adik pertama saya juga mengalami cedal sewaktu dia kecil, namun adik kedua saya tidak mengalami cedal. Kemudian muncul beberapa pertanyaan dalam benak saya:
1. Apakah cedal termasuk ke dalam penyakit turunan?
2. Apa yang menyebabkan anak mengalami cedal terhadap huruf tertentu?
3. Kami dibesarkan di keluarga multi-lingual (bahasa Jawa dan bahasa Indonesia). Apakah anak yang dibesarkan di keluarga multi-lingual lainnya juga mengalami cedal?
4. Akankah kemiripan antara L1 dan L2 mempengaruhi kemampuan anak dalam berbicara?
5. Bagaimanakah cedal dapat dicegah? dan apabila iya, cara yang bagaimanakah yang efektif dapat mencegah cedal?
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut:
1. Menurut saya, cedal bukanlah penyakit turunan. Cedal dapat terjadi karena input linguistik sewaktu anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan bahasa, mendapatkan sedikit suplai kosa kata. Apabila dalam satu keluarga ada yang mengalami cedal, saya kira itu kebetulan dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
2. Anak tidak dapat dapat membedakan bunyi huruf yang berbeda mungkin karena adanya perbedaan di organ mulut mereka. Pengucapan erat sekali dengan organ bicara. Bentuk lidah yang normal (runcing), kondisi dan posisi gigi, serta bentuk mulut mempengaruhi kemampuan anak untuk membedakan bunyi.
3. Ya dan tidak. Ya karena mungkin ada kemiripan antara L1 dan L2 dari anak tersebut, seperti misalnya di bahasa Korea, huruf "r" dan "l" dilambangkan dengan huruf yang sama. Tidak karena tidak ada kemiripan antara L1 dan L2 sehingga anak tidak menerapkan aturan yang ada di L1 ke L2.
4. Jelas. Kemiripan antara L1 dan L2 mempengaruhi kemampuan anak dalam berbicara. Anak bisa saja menggunakan fitur-fitur yang ada di L1 dan menerapkannya di L2, atau juga bisa membalikkan fiur tersebut, misalnya di bahasa Indonesia orang akan mengatakan buku hijau sedangkan di bahasa Inggris, orang akan mengatakan green book
5. Saya belum tahu pastinya, namun sewaktu saya kecil, orang tua saya tidak membawa saya ke rumah sakit untuk menjalani terapi, namun mereka mengajari saya bagaimana mengucapkan dengan benar, semacam drilling. dan sekarang pun, saya dapat berbicara dengan normal seperi orang normal lainnya.
Menurut saya, cedal dapat dicegah dengan menggunakan pendekatan bahasa, yakni:
1. Mulai mengajak anak berbicara semenjak mereka ada di dalam kandungan
2. Memperbanyak kosa kata anak dengan mengajaknya berbicara, membaca, dan berinteraksi dengan temannya. Memuat jadwal 15 menit untuk membaca juga bagus.
3. Memperbanyak latihan berbicara pada anak denga menggunakan metode pengulangan dan total physical responses. 
Orang tua dan lingkungan berperan sangat penting dalam hal ini dan penggunaan terapi bicara cukup mendukung proses penghilangan cadel pada anak.

Semoga ini bermanfaat dan sampai jumpa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EAP: Reading text for nursing students

Simple Past Tense

KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN (2)